Belajar tak labil.

Ketika kita melihat hidup kita sepotong-sepotong dengan penggalan waktu yang kita buat seenaknya,, lalu yang kita dapatkan hanya kekecewaan,, kebahagiaan,, kegalauan,, senang,, gundah,, senyuman,, tangisan. Yang kita temukan hanya kelabilan.

Saat kita sedang mengalami yang tak enak untuk dilalui, seringkali dengan gamang kita menuduh Tuhan telah berbuat jahat,, Tuhan tak membela,, Tuhan tak sayang.. Atau menuduh orang lain yang tak tahu apa2 sebagai orang jahat yang harus merasakan hal2 tak enak yang kita alami,, dan bermacam hal2 aneh lainnya..

Saat kita sedang mengalami hal yang enak, seringkali kita menuduh Tuhan hanya menyayangi kita, tanpa peduli orang lain,, atau bahkan kita menuduh orang lain telah berbuat salah, sehingga hanya kita yang berhak untuk enak.

Betapa labilnya kita.
Betapa rentannya kita manusia.
Ketika hati yang kita punya membawa kita terombang-ambing tak pasti.
Ketika kita memilih untuk tak berteguh hati.

Tapi itu kita..
Itu manusia..
Manusia, sebagaimana adanya manusia.
Yang tercipta dari debu tanah.
Yang dihembuskan nafas oleh Tuhan Sang Pencipta.
Yang dirancang untuk serupa dan segambar dengan Dia.

Dan haruskah menyalahkan Hawa sehingga kita menjadi rentan?
Menyalahkan iblis karena kelabilan kita?
Menunjuk Tuhan telah salah atas rancangannya? Atau menyalahkan diri sendiri?
STOP!!!

Nikmati pelajaran yang Tuhan berikan buat kita..
Dia menguasai segala ruang dan waktu.
Ada saat dahulu, sekarang dan esok.
Dia yang melihat segalanya,, segalanya,, dalam satu kanvas kehidupan yang utuh. Bukan sepotong-sepotong.
Sebuah kanvas kehidupan yang dilukiskan dengan berjuta warna, dengan gambar yang berbeda, tapi semuanya sama: SANGAT BAIK DAN SANGAT INDAH.
Ini pelajarannya:
Melihat hidup, seperti Tuhan melihat kehidupan itu sendiri, karena Dialah yang telah menghidupi kita.
Mari belajar...

Komentar